Timpang Kesuksesan

Dalam sebuah diskusi yang memanas, terjadi perdebatan cukup keras, satu pihak menunjukkan data-data tentang sebuah peluang, kesempatan, memberikan kinerja excellence dan kemungkinan terbukanya potensi kemenangan ke depannya. Namun untuk itu harus mengambil keputusan untuk mengorbankan beberapa hal yang tidak seberapa atau sebenarnya tidaklah sebanding dengan terbukanya semua kesempatan di atas.

Ibarat sebuah bola, tidak apa apa jatuh sedikit, namun yakin pantulannya nanti akan jauh lebih tinggi dan melampaui apa yang pernah diraih saat ini…
Ia melihat sebuah peta yang jelas, dan keputusan apa yang perlu diambil dengan siap mempertanggungjawabkan karena ia yakin keputusannya benar dan tepat….

Namun di sisi lain, ada tim yang belum bisa mengambil keputusan itu karena perlu berhati hati dan tidak bisa berbuat gegabah, dunia menunjukan kecenderungan tidak ramah dan banyak pihak tidak bisa memenuhi komitmennya serta faktor lain yang tidak bisa dikontrol….bahwa itu bukan masalah besar atau kecilnya pengorbanan yang mesti dikeluarkan, tapi ini menyangkut standar kerja, aturan, dan hal hal yang harus dipatuhi. Birokrasi yang memyerimpetin kaki sendiri.
Semua benar, semua ingin berbuat yang terbaik, namun mengapa kalau semangatnya sama namun justru berhadapan?

Saya coba renungkan, ada 3 hal yang menjadi kunci seseorang atau tim mencapai sukses. Dan menjadi penyebab mengapa tujuannya sama namun menjadi berhadapan, padahal peta yang dihadapi sama.

Hal ini, dalam ilmu management dan leadership, bisa disebabkan beberapa faktor, yaitu :

  1. Karena senjang pengetahuan,
  2. karena senjang cara melihat persoalan sehingga punya pendekatan strategi yang berbeda
  3. Karena senjang keberanian mengambil keputusan, sehingga eksekusi menjadi lambat. (Keberanian by pass birokrasi yang membelit diri)

Tentu jika ingin dibedah, ada senjang senjang lain sehingga niatan sama itu tidak cukup menjembatani persoalan dan riak riak birokrasi operational yang ada dalam tubuh organisasi. Dalam dunia era digital, dimana kecepatan menjadi kunci, menunda keputusan bisa berarti lambatnya eksekusi operational dan itu bisa menimbulkan kerusakan yang tak mudah dibangun kembali, atau sudah terlambat. Ini bisa terjadi dalam kapal bernama perusahaan baik besar maupun kecil, kapal bernama pemda, kementrian, atau bisa menyangkut nasib keberhasilan memyelamatkan kapal berisi 260 juta jiwa ini.

Didik Fotunadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *