Apa kabar negeriku hari ini?
Sejak pilpres 2014 yang seiring dengan banjirnya teknologi media sosial dan online yang tak terbendung, yang terjadi setiap golongan membangun benteng kubunya masing masing, berkumpul dan berdialog hanya dengan orang yang se-ide, se-group, perbedaan dihilangkan atau diminimalkan.
Menurut pribadi saya, bangsa ini sampai hari ini masih terus menerus menyia-nyiakan peluang dan harapan.
Dari kinerja dan hubungan antar lembara negara, cara membudgetkan, cara eksekusi, mental fanatik, mengemuka komplikasi dan oligarki.
Semua stake holder bangsa besar (dalam hal jumlah penduduk) ini belum terbangun simbiosis yang saling mamajukan dan memampukan, yang mencuat justru politik transaksional sesaat, saling menjatuhkan, saling meniadakan, berjuang keras demi diri dan kepentingannya kelompoknya secara membabi buta, melupakan agenda agenda yang lebih besar kebangsaan.
Sampai hari ini, korupsi (yang terakhir tentang mega korupsi E-KTP) tidak menunjukkan gejala surut meski tak kurang jumlahnya pejabat atau orang partai dipejarakan.
Konflik horisontal suku dan agama, ormas, pelajar, antarwarga, aparat, menjadi intens seiring Pilkada. Ini jelas pertanda agregasi sosial kita melemah dan terpuruk.
Lalu, kemanakah bangsa ini akan menuju?
Tidak ada bangsa yang terbelakang, yang ada hanyalah salah urus.
Bangsa ini masih miskin karakter, kiris karakter.
Mentalitas menerabas, orientasi hasil, meninggalkan humaniora
Tak memyanyikan lagu indonesia raya dengan khidmat. Hasilnya miskin budi pekerti. Ciri ciri: disiplin sosial rendah, emosional, intoleran, dan kekerasan mulai marak. Tayangan tayangan baik sebenarnya maupun mengiris hati marak. Perdebatan perdebatan ngotot tak berujung yang menyesakkan dada. Ini semua mempunyai daya rusak yang hebat.
Revolusi mental yang dibawa pak Jokowi sudah ketinggalan banyak langkah dibelakang dengan kondisi sosial masyarakat kita saat ini. Kita gagap sebagai bangsa, kita lantang sebagai individu dan golongan. Kita buntu dialog yang makin menegaskan garis perbedaan dan tak berujung ini, mari mengawal persatuan dalam keberbedaan.
Let’s do something, before big thing happen terhadap bangsa ini,
Didik Fotunadi